Rabu, 08 Juni 2011

ASKEP striktur uretra, hipospodia,hidronefrosis


Perawatan di rumah/ Home Care wilayah surabaya



Anda membutuhkan perawat home care? Kami siap membantu anda dengan pelayanan sepenuh hati dan biaya yang terjangkau....
Home care/ perawatan dirumah, kami menyediakan perawat yang jujur, ramah dan kompeten. Semua akan dilayani oleh perawat lulusan S1 Ners dari universitas terkemuka di Surabaya. Dan berpengalaman di rumah sakit besar di kota surabaya.
Untuk informasi silahkan hubungi ibu Ira atau ibu Fitri di telepon 085745932003 atau 085655263740. Email irawati_jj0110@yahoo.co.id.
FB: irawati Ners
Alamat : Jl. Kedung Pengkol VI No 16 A surabaya
Price list Layanan Kami
PAKET HOME CARE NURSE
Untuk paket jasa perawat harian:
12.500/jam
Untuk paket jasa perawat bulanan:
mulai dari 2.000.000/bulan

PAKET VISITING NURSE
Untuk paket perawat datang ke rumah:
17.500/visite (radius 0-2 km)
25.000/visite (radius 2-5 km)
50.000/visite (radius 5-30 km)
75.000/visite (radius > 30 km)

Sudah termasuk pemeriksaan tanda-tanda vital (cek tekanan darah, nadi) dan konsultasi.

Untuk pemasangan infus
30.000/tindakan

Untuk perawatan luka dan ganti balutan
30.000/tindakan

Jika ada tindakan lainnya diluar daftar tarif dikenakan biaya 25.000/tindakan


PAKET PERAWATAN IBU dan BAYI
1. Pijat bayi (pijatan I LOVE YOU)
2. memandikan bayi
3. perawatan tali pusat bayi
4. rawat luka ibu post partus
5.  perawatan antenatal
Untuk mengetahui tarif dari paket perawatan ibu dan bayi silahkan hubungi nomor telepon yang tertera di atas

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Gula Darah
Rp. 15.000
Pemeriksaan Asam Urat
Rp. 15.000
Pemeriksaan Kolesterol Total
Rp. 25.000

 

2.2 Pengertian striktur uretra

   Striktura uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya. Penyempitan lumen ini disebabkan karena dindingnya mengalami fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis korpus spongiosum

2.3 Etiologi Striktur uretra

a.       Infeksi
Infeksiuretra yang paling sering menimbulkan striktura uretra adalah infeksi oleh kuman gonokokus.
b.      Trauma
Trauma yang menyebabkan striktura uretra adalah trauma tumpul pada slangkangan (straddle injury), fraktur tulang pelvis dan istrumentasi pada uretra yang kurang hati-hati.
Berdasarkan Etiologinya
Striktur dibagi dalam 3 jenis, Yaitu stirktur konginetal, striktur traumatik dan stritur akibat infeksi.
1.      Striktur Uretra Kongenital
Sering terjadi di Fosa nafikularis dan Pars membranasea, sifat striktur ini adalah stationer.
2.      Striktur Uretra Traumatik
Trauma pada daerah kemaluan dapat menyebabkan ruptura uretra. Timbul Striktur traumatik dalam waktu satu bulan. Striktur akibat trauma lebih progresif dari pada striktur akibat infeksi. Pada ruptura uretra ditemukan hematuri gross.
3.      Striktur akibat Infeksi
Jenis ini biasanya disebabkan oleh infeksi Veneral. Timbulnya lebih lambat dari pada triktur traumatik.



2.4 patofisiologi

Proses radang akibat trauma atau infeksi pada uretra

Jaringan sikatriks dinding uretra (sekitar uretra)
 

Hambatan aliran urine


 

Urine mencari jalan lain untuk keluar


 

Mengumpul di suatu tempat di luar uretra (peri uretra)


 

Jika terinfeksi timbul abses periuretra yang kemudian pecah

Fistula uretro kutan

Fistula multipel memberi gambaran seperti seruling (uretra seruling)
(Basuki B. Purnomo, 2000).


2.5W O C SRIKTUR URETRA

Text Box: MK : ANSIETAS,Text Box: MK:  EXCESS
VOL. CAIRAN 

                                                                                                       
MK: GANGGUAN POLA TIDUR
 
Over flow
retensi
 
§  Frekuensi (nocturia&diurna)
§ Urgensi
§ Disuria

 
Aliran balik urine→ureter
(refluks vesiko-urine)
 
STASIS
URIN
 
INKONTINENSIA
URINE
 
MK :  NYERI
 
Kolonisasi kuman
 
systitis
 
Iritasi
 
Infeksi
 
hematuria
 
Hernia ingunalis
 
Klien sulit BAK & harus mengejan
 
Peningkatan  tek intraabdominal
 
Gagal ginjal
 
                                                                                                                                                                



2.6 Derajat Penyempitan uretra

Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktura uretra dibagi menjadi 3 tingkatan :
a.  Ringan : Jika onklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra.
b.  Sedang : Jika terdapat 1/3-1/2 diameter lumen uretra.
c.  Berat : Jika onklusi terjadi lebih dari ½ diameter lumen uretra. Kadang kala pada keadaan striktura berat teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis

2.7 Gambaran Klinik

  Pancaran kecil, lemah dan sering disertai mengejan, biasanya karena ada retensio urin serta timbul gejala-gejala sistitis. Gejala ini timbul perlahan-lahan selama beberapa bulan atau bertahun-tahun , apa bila satu hari pancaran normal kemudian hari berikutnya pancaran kecil dan lemah jangan dipikirkan striktur uretra tetapi ke arah batu buli-buli yang turun ke uretra.

2.8 Diagnosis

Dengan anamnesis yang baik, diagnosa striktura uretra dapat ditegakkan. Apalagi bila ada riwayat infeksi veneral atau “Straddle Injury”. Diagnosis dapat ditegakkan dengan Uretrosistograf. Ke dalam lumen uretra dimasukkan zat kontras, kemudian difoto sehingga dapat dilihat seluruh saluran uretra dan buli-buli ; dari foto tersebut dapat ditentukan :
1.        Lokasi striktur : terletak proksimal atau distal dari sphincter , sebab ini penting untuk tindakan operasi
2.        Besar kecilnya striktur
3.        Panjang striktur
4.        Jenis strikturnya

2.9Terapi striktur uretra

a.  Businasi (dilatasi)
b.  Uretrotomi interna
c.  Uretrotomi Eksterna
d. Kontrol berkala U/ Dilatasi berkala dengan busi dan kateterisasi bersih mandiri berkala.

2.10 Komplikasi striktur uretra

a.       Infeksi saluran kemih.(prostatitis, sistitis, divertikel buli-buli/uretra, abses periuretra, batu uretra, fistel utero-kutan.
b.      Degenerasi maligna menjadi karsinoma uretra

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian data dasar

1)    Aktivitas/istrirahat
Kaji tentang pekerjaan yang monoton,lingkungan pekerjaan apakah pasien terpapar suhu tinggi, keterbatasan aktivitas, misalnya karena penyakit yang kronis atau adanya cedera pada medulla Spinalis.
2)    Sirkulasi
Kaji terjadinya peningkatan tekanan Darah/Nadi, yang disebabkan ;nyeri,ansietas atau gagal ginjal.Daerah ferifer apakah teraba hangat (kulit) merah atau pucat.
3)    Eliminasi
Kaji adanya riwayat struktur uretra
Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbekar saat BAK. Keinginan /dorongan ingin berkemih terus, oliguria, haematuria, piuri atau perubahan pola berkemih.
4)    Makanan / cairan;
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, ketidak cukupan pemasukan cairan atau tidak cukup minum, terjadi distensi abdominal, penurunan bising usus.
5)    Nyeri/kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik.lokasi tergantung pada jenis striktur misalnya striktur ringan, sedang, berat dapat dilakukan test kecepatan pancaran urine dengan cara sederhana memakai alat uroflometri dengan cara membagi volume urine yang dikeluarkan pada saat miksi dibagi lama proses miksi. Kecepatan pancaran pria normal 20 ml/detik bila kecepatan pancaran < 10ml/detik menandakan ada obstruksi.
Provokasi = faktor yang mempengaruhi (Predisposisi).
Qualitas = seperti apa nyari yang dirasakan coba katakan.
Time = (waktu kejadian, lamanya, apakah ada periode bebas nyeri, berapa lama).
Region=Lokasi nyeri
Severity (intensitas) = menggunakan skala 0-10 yaitu 0=tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-9 nyeri berat, 10= nyeri tidak terkontrol.
6)    Keamanan
Kaji terhadap penggunaan obat-obatan saat demam atau menggigil.
7)    Riwayat Penyakit :
Kaji adanya riwayat penyakit kelamin dan trauma serta kelainan bawaan.

3.2  Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1.      Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uroteral, trauma jaringan, pembentukan oedema, iskemia seluler.
2.      Perubahan eliminasi urine b/d striktur / obstruksi saluran uretra
3.      Kurang pengetahuan tentang kebutuhan pengobatan b/d tidak mengenal sumber informasi.
4.      Potensial infeksi berhubungan dengan luka trauma pada uretra, obstruksi.

3.3 Rencana Asuhan keperawatan

NO.
Diagnosa Keperawatan

Tujuan-Kriteria yang diharapkan
Intervensi
Rasional
1.
Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi /dorongan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, iskemia seluler.
Nyeri hilang dengan spasme terkontrol.
Kriteria ;
-          Pasien tampak rileks.
-          Pasien mampu tidur/istirahat dengan tenang
-          Tidak gelisah, tidak merintih
Catat lokasi,lamanya intensitas,penyebaran,perhatikan tanda-tanda non verbal,misalnya merintih,mengaduh dan gelisahansietas.
Jelaskan penyebab nyeri dan perubahan karakteristik nyeri.


Berikan tindakan nyaman,  misalnya pijatan punggung, ciptakan lingkungan yang tenang.
Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus
.
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai dengan indikasi
-          Antibiotika

-          Antispasmodik


-          Kortikosteroid
Evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus




Membantu dalam meningkatkan kemampuan koping pasien serta menurunkan ansietas
Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.


Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.


Dipakai selama episode akut, untuk menurunkan kolik uretra dan relaksasi otot.
.Menurunkan refleks spasme shg. Mengurangi nyeri dan kolik.

2.
Perubahan eliminasi urine b/d striktur uretra
Perubahan eliminasi urine tidak terjadi

Kriteria :
-          Urine dapat keluar dengan pancaran >10 ml/detik
-          Pasien dapat tidur enak
Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine

Tentukan pancaran urine dengan cara membagi banyaknya urine  keluar dengan lamanya urine keluar.

Kolaborasi ;
Berikan obat sesuai dgn program;
-          diamox, alupurinol
-    Antibiotik
Evaluasi fungsi ginjal dgn.memerhatikan tanda-tanda komplikasi misalnya infeksi,atau perdarahan.
Retensi urine menyebabkan distensi jaringan, potensial resiko infeksi dan GGK.
Ketidakseimbangan elektrolit dpt.menjadi toksik pada SSP.




3.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, dan kebutuhan pengobatan b/d tidak mengenal sumber informasi
Pasien dapat memahami tentang kondisi,dan program pengobatan

Kriteria :
-          Berpartisipasi dalam program pengobatan
Beri penjelasan pada klien supaya mau melakukan dilatasi dengan bogi secara berkala.


Lakukan program terapi obat-obatan antibiotika
Memberikan pengetahuan dasar, membuat pilihan berdasarkan informasi
Menurunkan resiko pembentukan striktur uretra kembali
Penyembuhan luka.
4
Resiko infeksi b/d luka trauma pada uretra
Resiko infeksi tidak terjadi
Kriteria :
Pasien tidak mengeluh sakit pada luka trauma
Suhu tubuh 36-37°c
Berikan antibiotika sesuai program terapi
Mencegah perkembangan bakteri





BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Striktur uretra disebabkan oleh banyak faktor, menurut klasifikasinya yaitu striktur uretra kongenital, striktur uretra traumati dan striktur uretra infeksi. Dengan mengatahui klasifikasi dan tanda gejala serta klinis yang jelas maka dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat sehingga dapat memperbaiki kondisi klien. Untuk dapat melaksanakan tindakan harus dilaksanakan melalui proses keperawatan yang tepat meliputi pengkajian data klien secara komprehensif, diagnosa, intervensi, implementasi serta evaluasi. Dari evaluasi didarapkan masalah klien keperawatan klien dapat terselesaikan secara tuntas.

4.2 Saran

Jika keluarga atau orang terdekat menemukan adanya kelainan pada uretra seseorang hendaknya sesegera mungkin menghubungi pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penganganan yang sesuai. Selain itu untuk meningkatkan keberhasilan penatalaksanaan dari striktur uretra diperlukan penelitia-penelitian lanjut.



DAFTAR PUSTAKA


Basuki B Punomo, (2000), Dasar-Dasar Urologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang
Carpenito, Linda Juall (1995), Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan), PT EGC, Jakarta.
Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan ( terjemahan). PT. EGC, Jakarta
Soeparman, ( 1990), Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta




BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat.Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah.Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh.Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap. Hidronefrosis banyak  terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir.
Hidronefrosis bisa disebabkan karena adanya obstruksi baik parsial ataupun intermitten yang mengakibatkan terjadinya akumulasi urin di piala ginjal. Sehingga menyebabkan disertasi piala dan kolik ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi kompensatori), akibatnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan Bare, 2002). Pada kondisi obstruksi pasien disiapkan untuk pembedahan untuk mengankat lesi obstruktif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu ginjal rusak parah dan fungsinya hancur, nefrektomi dapat dilakukan.
Oleh sebab itu untuk mengatasi dan untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan dari hidronefrosis pelu dilakukan penatalaksanaan yang spesifik, yaitu untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada klien dengan masalah keperawatan gangguan perkemihan hidronefrosis?

Tujuan

1.3.1 Tujuan umum
Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada klien dengan masalah keperawatan gangguan perkemihan hidronefrosis
1.3.2 Tujuan khusus
1.         mengidentifikasi pengertian hidronefrosis
2.         Mengidentifikasi  etiologi hidronefrosis
3.         Mengidentifikasi patofisiologi hidronefrosis
4.         Mengidentifikasi manifestasi klinis hidronefrosis
5.         Mengidentifikasi pemeriksaan hidronefrosis
6.         Mengidentifikasi penatalaksanaan hodronefrosis
7.         Mengidentifikasi pengobatan hidronefrosis
8.         Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada klien dengan hidronefrosis

Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan keperawatan pada klien dengan hidronefrosis

1.4.2   Manfaat Praktis

Meningkatkan ketrampilan mahasiswa tentang persiapan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah hidronefrosis






BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal.. Hidronefrosis adalah penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah.Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.

2.2 Etiologi

Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
a.         Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi
b.         Lilitan pada sambungan uretero pelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
c.         Batu di dalam pelvis renalis
d.        Penekanan pada ureter oleh:
e.         jaringan fibrosa
f.          arteri atau vena yang letaknya abnormal
g.         tumor
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih:
a.       Batu di dalam ureter
b.      Tumor di dalam atau di dekat ureter
c.       Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau pembedahan
d.      Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e.       Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
f.       Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
g.      Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya
h.      Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i.        Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
j.        Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi ureter.
Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih.Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun sesudahnya pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar. Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap.

2.3 Patofisiologi

Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu

2.4 Manifestasi klinis

Gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi penyumbatan serta lamanya penyumbatan
a.       Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
1.      Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2.      Gagal jantung kongestif.
3.      Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi
4.      Pruritis (gatal kulit).
5.      Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6.      Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7.      Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang
8.      Amenore, atrofi testikuler. (Smeltzer dan Bare, 2002)
b.      Jika penyumbatan timbul dengan cepat (hidronefrosis akut), biasanya akan menyebabkan kolik renalis ( nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang rusuk dan tulang panggul) pada sisi ginjal yang terkena.
c.       Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (hidronefrosis kronis), bisa tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul).
d.      Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis atau karena penyumbatan sementara ureter akibat ginjal bergeser ke bawah
e.       Air kemih dari 10% penderita mengandung darah
f.       Sering ditemukan infeksi saluran kemih (terdapat nanah di dalam air kemih), demam dan rasa nyeri di daerah kandung kemih atau ginjal
g.      Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terbentuk batu (kalkulus).
h.      Hidronefrosis bisa menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-samar, seperti mual, muntah dan nyeri perut.
i.        Gejala ini kadang terjadi pada penderita anak-anak akibat cacat bawaan, dimana sambungan ureteropelvik terlalu sempit
j.        Jika tidak diobati, pada akhirnya hidronefrosis akan menyebabkan kerusakan ginjal dan bisa terjadi gagal ginjal

2.5 Pemeriksaan

1.      Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik ini.
2.      Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar.
2. USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih
3. Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal
4. Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung

2.6 Penatalaksanaan

Tujuan : Untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal.
Untuk mengurangi obstruksi urin harus dialihkan dengan tindakan nefrostomi atau tipe diversi lainnya.
Infeksi ditangani dengan agen antimikrobial karena sisa urin dalam kaliks menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan untuk mengankat lesi obstruktif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu ginjal rusak parah dan fungsinya hancur, nefrektomi dapat dilakukan.

2.7 Pengobtan

a. hidronefrosis akut
1. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit)
2. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
b. hidronefrosis kronik
1. diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih
2. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali
3. dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa.
Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda
4. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
- terapi hormonal untuk kanker prostat
- pembedahan
- pelebaran uretra dengan dilator

2.8 Nefrostomi

a. Drainase Nefrostomi
Selang nefrostomi dimasukkan langsung ke dalam ginjal untuk pengalihan aliran urin temporer atau permanen secara percutan atau melalui luka insisi. Sebuah selang tunggal atau selang nefrostomi sirkuler atau U-loop yang dapat tertahan sendiri dapat digunakan. Drainase nefrostomi diperlukan utuk drainase cairan dari ginjal sesudah pembedahan, memelihara atau memulihkan drainase dan memintas obstruksi dalam ureter atau traktus urinarius inferior. Selang nefrostomi dihubungkan ke sebuah system drainase tertutup atau alat uostomi.
b. Nefrostomi Perkutaneus
Pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari ureter yang tersumbat, membuat suatu jalur pemasangan stent ureter, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur, menutup fistula, memberikan obat, memungkinkan penyisipan alat biopsy bentuk sikat dan nefroskop atau untuk melakukan tindakan bedah tertentu.
Daerah kulit yang akan dinsisi dipersiapkan serta dianestesi, dan pasien diminta untuk menarik nafas serta menahannya pada saat sebuah jarum spinal ditusukkan ke dalam pelvis ginjal. Urin diaspirasi untuk pemeriksaan kultur dan media kontras dapat disuntikkan ke dalam system pielokaliks.Seutas kawat pemandu kateter angografi disisipkan lewat jarum tersebut ke dalam ginjal. Jarum dicabut dan saluran dilebarkan dengan melewatkan selang atau kawat pemandu. Selang nefrostomi dimasukkan dan diatur posisinya dalam ginjal atau ureter, difiksasi dengan jahitan kulit serta dihubungkan dengan system drainase tertutup.











BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian

Demografi
a.       Ditemukan pada laki-laki di atas usia 60 tahun
b.      Perempuan lebih banyak terjadi daripada laki-laki
c.       Pekerjaan yang meningkatkan statis urine (sopir, sekretaris, dll)
Riwayat kesehatan
a.       Riwayat penyakit dahulu
Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, riwayat gout, riwayat pembedahan
b.      Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, gout, diabetes
Data fokus
a.       Makann/cairan
Gejala
·         Mual/muntah, nyeri tekanan abdomen
·         Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup
Tanda
·         Distensi abdominal, penurunan/tidak ada usus
·         muntah
b.      Aktivitas dan istirahat
Gejala
·         Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi
·         Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya
c.       Eliminasi
Gejala
·         riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh
Tanda
·         oliguri, hematuri, pluria, perubahan pola berkemih
d.      Sirkulasi
Tanda
·         peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal), kulit hangat dan kemurahan, pucat
e.       Nyeri/ kenyamana
Gejala
·         episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi obstruksi, contoh : pada panggul diregio sudut kortovertebral dan menyebar ke punggung, abdomen dan turun kelipatan paha
Tanda
·         melindungi perilaku distriksi, nyeri tekan pada area ginjal yang dipalpasi
f.       Keamanan
·         Gejala : menggigil, demam
g.      Persepsi diri
·         Gejala : kurang pengetahuan, gangguan body image
Pemeriksaan penunjang
a.       Laboratorium
·         Darah : hematologi; GD I/II, BGA
·         Urine : kultur urine, urine 24 jam
b.      radiodiagnostik
·         USG/CR abdomen
·         BNO IVP
·         Renogram / RPG
·         Poto thorax

3.2 Diagnosa keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya tekanan di ginjal yang meningkat
2. Gangguan perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi saluran kemih
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat mual, muntah
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

3.3 Intervensi keperawatan

1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya tekanan ginjal yang meningkat
Tujuan : nyeri terkontrol / berkurang
Kriteria hasil : pasien mengatakan nyeri berkurang dengan spasme terkontrol, tampak rileks, mampu istirahat dengan tepat
Intervensi
Rasional
Catat lokasi, lamanya, intensitas dan penyebaran, pertahankan TTV

Bantu dan dorong penggunaan nafas, berfokus bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik

Dorong dengan ambulasi sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hari

Perhatikan keluhan penambahan / menetapnya nyeri abdomen

Berikan obat sesuai indikasi
Bantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus

Memberikan kesempatan untuk pemberian perhatian dan membantu relaksasi otot

Hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah statis urine dan mencegah pembentukan batu

Obstruksi dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi urine ke dalam arca perianal
Biasanya diberikan sebelum episode akut untuk meningkatkan relaksasi otot / mental

2.      Gangguan perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi saluran kemih
Tujuan : dapat berkemih dengan jumlah normal dewasa ½ – 1 ml/kgbb/jam
Kriteria hasil : tidak mengalami tanda obstruksi
Intervensi
Intervensi
Rasional
Dorong meningkatkan pemasukan cairan

Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan variasi
Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran

Catat Px laboratorium, ureum, creatinin
Amati keluhan Vu penuh, palpasi untuk distensi suprabubik, pertahankan penurunan keluaran urine
Peningkatan hidrasi membilas bakteri darah dan membantu lewatnya batu
biasanya frekuensi meningkat bila Kalkulus mendekati pertemuan uretrovesikal
Akumulasi sisa berkemih dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik di ssp
Peningkatan ureum, creatinin mengindikasikan disfungsi ginjal
Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distansi jaringan dan resiko infeksi, gagal ginjal

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : nafsu makan meningkat, tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut
Intervensi
Intervensi
Rasional
Kaji dan catat pemasukan diet

Berikan makan sedikit tapi sering

Timbang BB setiap hari


Awasi Px lab, contoh BUN, albumin serum, natrium, kalium
Berikan / Kolaborasi obat antidiuretik
Membantu mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet
Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik
Perubahan kelebihan 0,5 kg dapat menunjukkan perpindahan keseimbangan cairan
Indikator kebutuhan nutrisi, pembatasan aktivitas terapi
Menghilangkan mual, muntah, meningkatkan pemasukan oral

4.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi
Intervensi
Intervensi
Rasional
Tingkatkan cuci tangan yang baik pada pasien dan perawat
Bantu nafas dalam, batuk dan pengubahan posisi
Kaji integritas kulit

Awasi tanda vital


Awasi Px lab, contoh SDP dengan diferensial
Menurunkan resiko kontaminasi silang

Mencegah atelektosis dan kemobilisasi secret untuk menurunkan resiko infeksi
Ekskorisasi akibat gesekan dapat menjadi infeksi sekunder
Demam dengan peningkatan nadi dan pernafasan adalah tanda peningkatan laju metabolik dan proses inflamasi
SDP meningkat mengindikasi infeksi







BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.  Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Oleh karena itu untuk mengatasi berbagai masalah yang ditumbulkan oleh hidronefrosis perlu adanya problem solving melalui proses keperawatan. Tujuannya dari penatalaksanaan hidronefrosis adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan menyebabkan infeksi dan pielonefritis.

4.2.Saran

4.2.1 Teoritis

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan keperawatan pada klien dengan hidronefrosis

4.2.2        Manfaat Praktis

Diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan mahasiswa tentang persiapan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah  hidronefrosis






DAFTAR PUSTAKA


Hasyim,Effendi (1981). Fisiologi dan patofisiologi ginjal. Bandung: alumni
Price & Anderson,S. (2005). patofisiologi konsep klinis psroses penyakit edisi 6 volume 2.Jakarta:EGC
Rabbins, Stanley C. buku ajar patologi II . Jakarta :EGC
Smeltzer & Suzanne. (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner & suddarth edisi 8 vol 2. Jakarta :EGC
Sweringen,(2000). keperawatan medical bedah, edisi 2. Jakarta : EGC























DAFTAR ISI


Contents

Tidak ada komentar: