Kamis, 26 Mei 2011

asuhan keperawatan gagal jantung

2.1  Pengertian  
Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis yang ditandai oleh sejumlah gejala dan tanda, serta disebsbskan oleh berbagai kelainan jantung seperti gangguan irama jantung, gangguan endokardial, pericardial, miokardial.
Gagal jantung mengacu pada kumpulan tanda dan gejala yang di akibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan cukup darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Pompa itu sendiri terganggu dan tidak mampu mensuplai darah adekuat untuk memenuhi kebutuhan selular.
Suatu kegagalan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh  (Purnawan Junadi, 1982).
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada erbagai organ (Ni Luh Gede Yasmin, 1993)..                                                                                                                                                                                                                                                          

Gagal jantung

2.2  Etiologi
Gagal Jantung merupakan keadaan klinis dan bukan suatu diagnosis. Penyebabnya harus selalu dicari. Gagal Jantung paling sering disebabkan oleh gagal kontraktilitas miokard, seperti yang terjadi pada infark miokard, hipertensi lama, atau kardiomiopati. Prevalensi faktor etiologi tergantung dari populasi yang diteliti,penyakit jantung koroner dan hipertensi merupakan penyebab tersering pada masyarakat barat (>90% kasus), sementara penyakit katup jantung dan defisiensi nutrisi mungkin lebih penting di negara berkembang.
Faktor resiko independen untuk terjadinya gagal jantung serupa dengan faktor resiko pada penyakit jantung koroner (peningkatan kolesterol, hipertensi, dan diabetes) ditambah adanya hipertrofi ventrikel kiri pada EKG istirahat.Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan perkembangan gagal jantung pada pasien dengan penyakit jantung primer :
  1. Obat-obatan seperti penyekat β dan antagonis kalsium dapat menekan kontraktilitas miokard dan obat kemoterapeutik seperti doksorubisin dapat menyebabkan kerusakan miokard.
  2. Alkohol bersifat kardiotoksik, terutama bila di konsumsi dalam jumlah besar.
  3. Aritmia mengurangi efisiensi jantung, seperti yang terjadi bila kontraksi atrium hilang ( fibrilasi atrium, AF ) atau disosiasi dari kontraksi ventrikel    ( blok jantung ). Takikardia ( ventrikel atau atrium ) menurunkan waktu pengisian ventrikel, meningkatkan beban kerja miokard dan kebutuhan oksigen menyebabkan iskemia miokard, dan bila terjadi dalam waktu lama, dapat menyebabkan dilatasi ventrikel serta perburukan fungsi ventrikel.

2.3  Gambaran klinis
Gambaran klinis relatif dipengaruhi oleh tiga faktor :
  1. Kerusakan jantung
  2. Kelebihan beban hemodinamik; dan
  3. Mekanisme kompensasi sekunder yang timbul saat gagal jantung terjadi.
Manifestasi klinis juga dipengaruhi oleh tingkat progresivitas penyakit dan apakah terdapat waktu untuk berkembangnya mekanisme kompensasi. Sebagai contoh, perkembangan regurgitasi mitral dengan derajat yang sama secara perlahan-lahan dapat ditoleransi dengan beberapa gejala.
Pada tahap awal gagal jantung, gejala mungkin tidak spesifik ( malaise, letargi,lelah, dispneu, intoleransi aktivitas ) namun begitu keadaan memburuk, gambaran klinis dapat sangat jelas menandakan penyakit jantung.
Gagal jantung dapat mempengaruhi jantung kiri, jantung kanan, atau keduanya ( biventrikel ) berdasarkan manifestasi kliniknya, namun dalam praktik, jantung kiri sering terkena. Gagal jantung kanan terisolasi dapat terjadi karena embolisme paru mayor, hipertensi paru, atau stenosis pulmonal.









2.4  Patofisiologi/WOC
  1. Gagal Jantung Kiri
Gagal jantung kiri terjadi bila terjadi bila curah ( output ) ventrikel kiri kurang dari volume total darah yang diterima dari jantung kanan melalui sirkulasi pulmoner. Akibatnya terjadi bendungan di sirkulasi paru, dan tekanan darah sistemik turun.
Peningkatan tekanan atrium kiri meningkatkan tekanan vena pulmonalis dan menyebabkan kongesti paru dan akhirnya edema alveolar, mengakibatkan sesak nafas, batuk, dan kadang hemoptisis. Dispneu awalnya timbul pada aktivitas namun bila gagal ventrikel kiri berlanjut dapat terjadi saat istirahat, menyebabkan dispneu nokturnal paroksimal. Pemeriksaan fisik seringkali normal, namun dengan perkembangan gagal jantung hal – hal berikut dapat ditemukan : kulit lembab dan pucat menandakan vasokonstriksi perifer , tekanan darah ( tinggi pada hipertensi ,  rendah pada perburukan disfungsi jantung atau normal ) , denyut nadi mungkin memiliki volume kecil dan irama mungkin normal, atau irregular karena ektopik atau AF. Pulsus alternans dapat ditemukan, Pergeseran apeks ke lateral ( dilatasi LV ) , regurgitasi mitral fungsional , Krepitasi paru karena edema alveolar dan edema dinding bronkus dapat menyebabkan mengi.

  1. Gagal Jantung Kanan
Gagal Jantung kanan terjadi bila curah ventrikel kanan kurang dari masukan dari sirkulasi vena sistemik terbendung, dan curah ke paru-paru menurun.
Gejala mungkin minimal, terutama jika telah diberikan diuretik.
Gejala yang timbul antara lain :
§  Pembengkakan pergelangan kaki
§  Dispneu ( namun bukan ortopnu atau PND )
§  Penurunan kapasitas aktivitas.
§  Bila tekanan ventrikel kanan ( RV ) meningkat atau RV menjadi lebih dilatasi
§  Sering ditemukan nyeri dada.
§  Pada pemeriksaan denyut nadi memiliki kelainan yang sama dengan gagal jantung kiri , tekanan vena jugularis sering meningkat, kecuali diberikan terapi diuretik, dan memperlihatkan gelombang sistolik besar pada regurgitasi trikuspid.
§  Edema perifer, hepatomegali, dan asites dapat ditemukan.
§  Pada palpasi mungkin didapatkan gerakan bergelombang yang menandakan hipertrofi RV dan/atau dilatasi, serta pada auskultasi didapatkan bunyi jantung S3 atau S4 ventrikel kanan.
§  Efusi pleura dapat terjadi pada gagal jantung kanan atau kiri.
Paling sering, gagal jantung kanan terjadi akibat gagal jantung kiri , namun miokarditis dan kardiomiopati dilatasi dapat mempengaruhi keduanya. Bila gagal jantung kanan terjadi cukup berat, gejala dan tanda gagal jantung kiri bisa menghilang karena ketidakmampuan jantung kanan untuk mempertahankan curah jantung yang cukup untuk menjaga tekanan pengisian sisi kiri tetap tinggi.
Klasifikasi batasan fungsional gagal jantung menurut The New York Heart Association ( NYHA ) yaitu :
a.   Kelas I ( tidak ada batasan aktivitas fisik )
b.  Kelas II : sedikit batasan pada aktivitas ( rasa lelah , dispneu )
c.   Kelas III : batasan aktivitas bermakna ( nyaman saat istirahat namun sedikit aktivitas menyebabkan gejala )
d.   Kelas IV : gejala saat istirahat.











     






 























B3.Resti   tingkat kesadaran
 
 B1.Resiko pola nafas  tidak Efekf efektif
 
 
Iskemia miokardium
 
12.Kecemasan
 
16.Kurang pengetahuan
 
7.Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
 
10.Resiko tinggi konstipasi
 
 2.Nyeri dada
 
Perubahan metabolisme cairan
 
15.Koping individu tidak efektif
 
14.Resiko tinggi ketidakpatuhan pengobatan
 
Kondisi dan prognosis penyakit
 
Kematian
 
10.Gangguan  pemenuhan  iistirohat dan tidur
 
11.Resiko tinggi   trauma
 12.Resiko tinggi infeksi

 
Infark miokardium
 
`
 



















































2.5 Prognosis
Sejumlah Faktor yang berkaitan dengan prognosis pada gagal jantung :
  1. Klinis : semakin buruk gejala pasien, kapasitas aktivitas, dan gambaran klinis, semakin buruk prognosis.
  2. Hemodinamik : semakin rendah indeks jantung, isi sekuncup, dan fraksi ejeksi, semakin buruk prognosis.
  3. Biokimia : terdapat hubungan terbalik yang kuat antara norepinephrine, renin, vasopressin, dan peptida natriuretik plasma. Hiponatremia dikaitkan dengan prognosis yang lebih buruk; dan
  4. Aritmia : Fokus ektopik ventrikel yang sering atau takikardia ventrikel pada  EKG menandakan prognosis yang buruk.

2.6  Pemeriksaan Diagnostik
1.         Radiografi thoraks : sering menunjukkan kardiomegali ( rasio Kardiothorasik CTR > 50 % ), terutama bila gagal jantung sudah kronis
2.         Elektrokardiografi : memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebagian besar pasien ( 80 -90 % ), termasuk gelombang Q, perubahan ST-T, hipertrofi LV, gangguan konduksi, aritmia.
3.         Echocardiografi : harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis gagal jantung. Dimensi ruang jantung , fungsi ventrikel ( sistolik dan diastolik ), dan abnormalitas gerakan dinding dapat dinilai, dan penyakit katup jantung dapat di singkirkan. Regurgitasi mitral seringkali disebabkan pembesaran ventrikel kiri yang menyebabkan dilatasi anulus mitral.
4.         Tes Darah : direkomendasikan untuk menyingkirkan anemia dan menilai fungsi ginjal sebelum terapi di mulai; disfungsi tiroid ( hiper atau hipo ) juga dapat menyebabkan gagal jantung sehingga perlu untuk pemeriksaan tiroid; pengukuran penanda kimiawi ( seperti peptidanatriuretik ) dapat terbukti berguna dalam diagnosis gagal jantung dan memonitor progresivitasnya.
5.         Kateterasi jantung : harus dilakukan pada dugaan penyakit jantung koroner; dan bila telah di indikasikan , biasanya dilakukan ventrikulografi kontras dan juga memberikan pengukuran fungsi LV lain.
6.         Tes latihan fisik : sering dilakukan untuk menilai adanya iskemia miokard dan pada beberapa kasus untuk mengukur konsumsi oksigen maksimum ( kadar dimana konsumsi oksigen lebih lanjut tidak akan meningkat meskipun terdapat peningkatan latihan lebih lanjut ); ini menjadi ukuran batas toleransi latihan aerobik dan sering menurun pada gagal jantung.

2.7  Tatalaksana Gagal Jantung 
Faktor umum dan gaya hidup meliputi :
  1. Aktivitas fisik (harus disesuaikan dengan tingkat gejala), oksigen  (merupakan vasorelaksan paru, menurunkan afterload RV, dan memperbaiki aliran darah paru),
  2. Merokok ( menurunkan curah jantung, meningkatkan denyut jantung, meningkatkan denyut jantung, dan meningkatkan resistensi vaskular sistemik dan pulmonal dan harus dihentikan),
  3. Alkohol (mengubah keseimbangan cairan, inotropik negatif, dandapat  memperburuk  hipertensi,   serta   mempresipitasi aritmia (terutama AF),
  4. Vaksinasi ( gagal jantung merupakan predisposisi infeksi paru, sehingga pasien harus dipertimbangkan untuk mendapatkan vaksinasi terhadap influenza dan pneumokokus )
  5. Nutrisi ( Pasien gagal jantung kronis memiliki resiko malnutrisi karena nafsu makan jelek, malabsorbsi dan peningkatan tingkat metabolik basal )
  6. Garam dan Air (disarankan untuk mengurangi intake cairan dan mengurangi konsumsi garam).

Tidak ada komentar: