Kamis, 26 Mei 2011

Asuhan keperawatan hipertensi

2.1  Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Pada manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. (Brunner and Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 2002).
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan distolik sedikitnya 90 mmHg (Price,Sylvia Anderson, 2006).

2.2  Etiologi
Menurut Mansjoer (2001), berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1)  Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi natrium, peningkatan natrium dan kalsium intraselular dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisitemia.
2)  Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti gangguan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

2.3  Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi menurut JNC VII (Price,Sylvia Anderson, 2006).
Kategori
Sistol
Diastol
Optimal
Normal
Normal-tinggi
< 120
< 130
130-139
< 80
< 85
85- 89
Tingkat 1 (hipertensi ringan)
Sub-grup perbatasan
140-159
140-149
90-99
90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang)
160-179
100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat)
≥ 180
≥ 110

2.4  Manifestasi klinis
Manisfestasi klinis menurut Widian Nur Indriani  2009:
a.       Sakit kepala/nyeri didaerah kepala bagian belakang
b.      Kelelahan
c.       Mual muntah
d.      Sesak nafas
e.       Gelisah
f.       Pandangan kabur
g.      Mata berkunang-kunang
h.      Mudah marah
i.        Telinga berdengung
j.        Sulit tidur
k.      Epistaksis
l.        Muka puca
2.6  Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada hipertensi (Arif Mansjoer, 2000):
a.       Pemeriksaan Laboratorium
-          Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
-          BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
-          Glucosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
-          Urinalis : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
b.      CT Sca : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c.       EKG: Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d.      IUP: Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal.
e.       Foto dada: Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung.

2.7  Penatalaksanaan
a.       Penatalaksanaan Non Farmakologis
1). Diet
      Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2).  Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b.      Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1).        Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2).        Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3).        Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4).        Tidak menimbulkan intoleransi.
5).        Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6).        Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.

2.8  Komplikasi Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan gangguan pada (Widian Nur Indriani  2009):
a.       Otak                : Menyebabkan stroke dengan pecahnya pembuluh darah diotak dan kelumpuhan.
b.      Mata                : Menyebabkan retinopati hipertensi atau perdarahan pada selaput bening retina mata dan dapat menyebabkan kebutaan.
c.       Jantung            : Menyebabkan gagal jantung, serangan jantung, penyakit jantung koroner.
d.      Ginjal  : Menyebabkan penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal terminal.

2.9  Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hipertensi
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data. Pengkajian keperawatan ditujukan pada respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2001, hal. 17-18). 
Pengkajian
Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a.       Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b.      Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan hipertensi didapatkan keluhan berupa sakit kepala/pusing.
c.       Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pada pasien dengan hipertensi didapatkan keluhan pusing, tengkuk bagian belakang terasa berat, mata berkunang-kunang. Adanya riwayat merokok dan alkohol.
d.      Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti hipertensi, jantung, dan penyakit ginjal. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e.       Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-hipertensi,
f.       Pemeriksaan Fisik B1-B6
B1: Breathing
Dipnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea, penggunaan otot pernafasan, bunyi nafas tambahan (krakels/mengi).
B2: Blood
Kulit pucat, sianosis, diforesis (kongesti, hipoksemia). Kenaikan tekanan darah, hipertensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat), takikardi, bunyi jantung terdengar S2 pada dasar, S3 (CHF dini), S4 (pengerasan ventrikel kiri/hipertropi ventrikel kiri. Murmur stenosis valvurar. Desiran vascular terdengar diatas diatas karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri). DVJ (distensi vena jugularis).
B3: Brain
Keluhan pening atau pusing, GCS 4-5-6.
B4: Blader
Adanya infeksi pada gangguan gijal, adanya riwayat gangguan (susah bak, sering berkemih pada malam hari).
B5: Bowel
Biasanya terjadinya penurunan nafsu makan.
B6: Bone
Kelemahan, letih, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin.
g.      Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
h.      Personal Hygiene
Pada pasien dengan kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin dan penurunan kesadaran semua kebutuhan perawatan diri dibantu oleh petugas atau keluarga.

2.10          Diagnosa Keperawatan Dan Rencana Asuhan Keperawatan
a.       Gangguan rasa nyaman: sakit kepala b.d. peningkatan vaskuler serebral.
Kriteria:
-          Sakit kepala berkurang
-          Ekspresi wajah rileks
-          Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg).
Intervensi:
1)      Kaji tanda verbal dan non verbal pasien, tanyakan keluhan sakit kepala.
R/   Mengetahui tingkat berat ringannya nyeri.
2)      Monitor TD, S, N, P tiap 4 jam.
R/   Peningkatan TD, S, N, P menunjukan peningkatan tekanan pembuluh darah otak.
3)      Kaji faktor-faktor yang dapat memperberat dan meringankan sakit kepala.
R/   Mencari alternatif lain untuk mengurangi sakit kepala.
4)      Meminimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat menyebabkan sakit kepala misalnya batuk yang panjang, mengejan waktu bab.
R/   Aktivitas yang meningkatkan vasokonstriksi menyebabkan sakit kepala dengan adanya peningkatan vaskuler serebral.
5)      Beri lingkungan yang nyaman.
R/ Membantu untuk mengurangi rangsang simpatis dan meningkatkan relaksasi.
6)      Beri obat analgetik sesuai program medik.
R/ Menurunkan/mengontrol nyeri.

b.      Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
Kriteria:
-          Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja jantung
-          Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima,
-          Memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi :
1)      Pantau tekanan darah.
R/   Waspada terhadap peningkatan tekanan darah sehingga bisa segera dilakukan antisipasi.
2)      Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
R/   Denyutan karotis, radialis, femoralis, mungkin teramati, denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokonstriksi.
3)      Amati warna kulit, kelembaban suhu dan capillary refill.
R/   Adanya kelainan mencerminkan vasokonstriksi atau penurunan curah jantung.
4)      Catat edema.
R/   Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.
5)      Beri lingkungan tenang dan nyaman.
R/   Membantu menurunkan rangsangan simpatis dan meningkatkan relaksasi.
6)      Pertahankan pembatasan aktivitas.
R/   Menurunkan stres dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah.
7)      Anjurkan teknik relaksasi, panduan imaginasi.
R/   Anjurkan teknik relaksasi, panduan imaginasi.
8)      Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
R/   Waspada terhadap adanya efek samping obat.
9)      Berikan obat sesuai instruksi dokter.
R/   Mempercepat penyembuhan.

c.       Gangguan perfusi jaringan sistemik b.d. peningkatan tahanan pembuluh darah perifer.
Kriteria:
-          Tekanan darah berkurang sampai batas normal (120/80 mmHg).
-          Kapilary refill kembali dalam 2 detik.
-          Nadi perifer teraba.
-          Kulit hangat dan tidak pucat.
Intervensi:
1)      Monitor dan catat tanda dan gejala perfusi jaringan sistemik yang berkurang, seperti kulit pucat, suhu dingin, capillary refill lama.
R/   Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan capillary refill lama berkaitan dengan vasokonstriksi mencerminkan penurunan curah jantung.
2)      Anjurkan pasien untuk berhenti merokok.
R/   Merokok bisa meningkatkan CO2 dalam tubuh dan mengurangi O2.
3)      Kaji faktor-faktor yang dapat memperberat dan meringankan sakit kepala.
R/   Memonitor adanya peningkatan tahanan perifer.
4)      Bila penglihatan pasien terganggu orientasikan pasien pada lingkungan, benda-benda, dekatkan bel, pasang pengaman hek tempat tidur.
R/        Membantu mengorientasikan pada lingkungan dan mencegah cidera.

d.      Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik, menurunnya oksigenisasi jaringan karena perfusi jaringan yang tidak adekuat.
Kriteria:
-          Klien berpartisipasi dalam aktivitas.
-          Klien mampu melakukan aktivitas secara bertahap hingga mandiri.
Intervensi:
1)      Kaji respon pasien terhadap aktivitas sehari-hari.
R/   Membantu dalam mengkaji respon pasien.
2)      Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik penghematan energi misalnya beraktivitas secara perlahan-lahan.
R/   Teknik ini mengurangi penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai O2.
3)      Beri dorongan untuk melakukan aktivitas secara bertahap.
R/   Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung secara tiba-tiba.
4)      Rencanakan jadwal pengobatan, pemberian prosedur.
R/   Meminimalkan stimulasi pada waktu istirahat.
5)      Anjurkan pasien bila kemampuan beraktivitas menurun, hentikan aktivitas yang menyebabkan sesak, pusing, kelelahan.
R/   Indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
6)      Optimalkan pemasukan nutrisi.
R/   Memenuhi kebutuhan nutrisi dan menambah tenaga.
7)      Tempatkan barang-barang kebutuhan pasien pada tempat yang mudah dijangkau.
R/        Barang yang mudah dijangkau akan mengurangi energi yang digunakan.
t

Tidak ada komentar: